-->

Minggu, Juni 12, 2016

AWAS KOPI BERBAHAYA

Pikiranku
Belum lumpuh ingatan publik dengan tragedy kopi mengandung sianida yang sampai saat ini tak kunjung tuntas. 
 
Akibat peristiwa itu sempat membuat komunitas pencinta, penikmat dan penggila produk yang kaya akan kafein, harus was-was kala mau menyerumput secangkir kopi di pasar modern. 

Namun lupakan perkara kopi beracun itu, saya sebagai salah seorang maniak kopi sangat menyenangi jika disuguhi kopi Kotamobagu. Cita rasanya kuat, menghentak, dan membuat lidah bergoyang. Apalagi kalau itu diseduh dengan kadar kopi yang ekstrim (2 kopi : 1 gula) aromanya makin membumbung dan  membuat bulu hidung bergetar.

Bermula dari kebiasaan, budaya dan rutinitas minum kopi itulah, maka terbersit ide untuk menelusuri sejarah tanaman kopi Kotamobagu, jenisnya apa, cara pengolahan  kopi oleh petani bagaimana dsb. Terpantau, potensi ini sangat melimpah ruah di wilayah Kotamobagu dengan luas perkebunan kopi yang mencapai 130 Ha di Kecamatan Kotamobagu Utara.

Usut punya usut ternyata kopi yang ada di Kecamatan Kotamobagu Utara ini atau tepatnya di Desa Bilalang dua adalah tanaman kopi peninggalan kolonial Belanda. Hal yang sama juga berlaku di wilayah Kec. Modayag sebagai salah satu daerah pemasok kopi ke Kotamobagu, masih merupakan tanaman warisan negeri kincir angin Belanda jaman penjajahan dulu kala. 

Lantas kenapa kopi Kotamobagu begitu,  kuat aroma dan cita rasanya unik ? Selain sudah bersertifikasi organik dari inoffice, jenis kopi yang dibudidayakan petani secara umum adalah jenis Robusta karena cocok pada ditanam pada ketinggian 600 - 700 Dpl.

Jenis ini memang terkenal akan aromanya yang kuat di banding jenis kopi lainnya, apalagi aroma  itu juga dipicu oleh tehnik pengolahan kopi masyarakat yang menggunakan metode kering (baca : panggang).

Selain itu juga, ternyata, tidak hanya jenis kopi robusta yang ditanam,  jenis kopi arabica pun ikut- ikutan ditanam walau jumlahnya tidak begitu banyak di wilayah perkebunan kop i Kec. Modayag.  Disini bagian serunya, kopi Liberica yang konon ditanam sejak abad 19 di Indonesia, ternyata ditemukan juga di perkebunan kopi Modayag. 

Tipologi tanaman ini unik, tingginya bisa mencapai 9 meter, berbuah sepanjang tahun dengan daun lebar-lebar. Sebenarnya kopi  ini, mirip kopi arabica dengan cita rasa  mirip buah nangka atau kacang panjang mentah dengan aromanya yang harum. 

Sudah begitu,ada sejenis hewan dari keluarga musang (disebut kuse) di perkebunan kopi kecamatan Modayag   sangat suka mengunyah kulit kopi yang sudah merah.Biasanya dikulum di dalam mulutnya sampai yang tersisa tinggal biji kopinya kemudian dimuntahkan lagi. Apakah ini turut berpengaruh pada citarasa kopi, belum ada hasil penelitiannya.  

Lepas dari soal hewan aneh itu, jika merunut pada fakta-fakta yang dibeberkan tadi, maka patut di duga bahwa kopi Kotamobagu adalah hasil kombinasi dan perpaduan dari ketiga tipologi kopi robusta, arabica dan liberica. 

Di titik ini jika diseriusi bisa-bisa kopi Kotamobagu akan sangat berbahaya, mengancam merebut pangsa pasar berbagai merk kopi dalam negeri yang sudah tenar dan punya nama besar.  Bukan tidak mustahil itu akan terjadi.

Baca juga :

Heboh bina tang aneh pemakan kopi
Bagikan artikel ini